OpiniSosialUncategorized

Antara Pahlawan Kesiangan dan Pahlawan Sesungguhnya

CiremaiNews.com, Kuningan – Setiap 10 November merupakan salah satu Hari bersejarah untuk Indonesia karena di hari itu ditetapkan sebagai Hari Pahlawan. Tanggal Hari Pahlawan Nasional ini merujuk pada puncak perlawanan rakyat Indonesia pada pertempuran Surabaya yang pecah pada 10 November 1945 yang menelan hampir 20.000 lebih rakyat Surabaya yang gugur di medan perang.

Sebuah pengalaman pahit bagi bangsa Indonesia bahwa negera sebesar ini pun pernah mengalami penjajahan selama bertahun-tahun lamanya. Tahun 2023 mendekati 2024 bertepatan dengan tahun politik sebelum pesta demokrasi pemilihan umum. Jargon-jargon muluk mulai terpampang dimana-mana.

Baligo-baligo besar dengan janji termanis yang pernah terbaca mulai ramai berseliweran terbaca. Potret kesejahteraan dan sederet rencana yang tak pernah terealisasi setelah terpilih pun mulai hilir mudik terdengar telinga. Sedangkan pahlawan-pahlawan sesungguhnya justru tertumpuk oleh berita-berita politik yang makin menukik.

Adakah yang memperhatikan siapakah orang-orang yang konsisten memunguti sampah dari sungai-sungai yang padat limbah, adakah yang peduli siapa yang dengan penuh cinta menadaki bukit-bukit gundul dan menanaminya.

Adakah yang peduli pada orang-orang yang menghabiskan hidupnya untuk mengurusi anak-anak jalanan, penderita HIV/AIDS, para lansia di panti jompo atau adakah yang bertanya siapa orang-orang yang bisa mencetak sebuah panti asuhan menjadi panti dengan segudang prestasi, dan masih banyak lagi pahlawan-pahlawan sesungguhnya yang jarang sekali terlihat keberadaannya padahal kehadirannya bagai air segar di gurun tandus.

Termasuk orang-orang yang konsisten membawa dan mengantarkan buku-buku ke rumah-rumah, ke kampung-kampung dan gang kecil, untuk dibaca dan membantu memahami tanpa bayaran apa pun selain nyata bentuk kepedulian akan masa depan generasi sekarang. Tak ada tanda jasa atau medali. Tidak pula emas atau permata dikalungkan atas setiap dedikasi tingginya. Tidak juga prasasti atau tugu bertuliskan namanya.

Pahlawan-pahlawan yang nyata memang jarang kentara, sedang lakon-lakon kesiangan lebih menonjol dielu-elukan. Dengan catatan keberhasilan yang juga diada-adakan. Walhasil kessejahteraan pun hanya karangan. Teruntuk para pahlawanku yang telah memperjuangkan kemerdekaan ini, terima kasih.

Dan jasamu dikenang dalam doa-doa kami. Teruntuk para pahlawanku yang sedang diciptakan semoga tidak menjadikan memberantas kemiskinan dan kebodohan sebagai jargon saja. Karena kesejahteraan senyatanya ketika tak ada tambahan pada hutang negara bertambah angka. (Vera)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *