
CiremaiNews.com, Kuningan – “Mapag Cituah” tema yang diangkat dalam Festival Rajabrana yang digelar di Obyek Wisata Alam Situ Wulukut, Kuningan, sukses memukau wisatawan turis mancanegara. Berlangsung dari 17 hingga 19 November 2023 ini menampilkan pertunjukan seni, budaya, dan beragam perlombaan.
“Di sini pemandangannya bagus, penduduknya baik, dan masakannya juga pedas, pas sekali dan enak,” ujar Ahmed. Ahmed seorang turis berasal dari Turki mengungkapkan kekagumannya terhadap keramahan warga desa dan keindahan pemandangan Situ Wulukut.
Ada lagi, Paolin dari Palestina menilai hal itu sebagai pengalaman unik. “Meski tanpa sinyal di sini, itu yang membuat kita benar-benar merasakan indah menyatu dengan alam,” kata Paolin.
Aisyah dari Kazakhstan menyampaikan haru. “Kami sebenarnya masih ingin di sini, namun harus ada pekerjaan lagi. Nanti jika ada waktu, kami kembali lagi,” ujarnya sebelum berpisah.
“Ini prestasi luar biasa. Ke depan, kita berharap Festival Situ Wulukut ini bisa terlaksana kembali dengan lebih meriah,” ungkap Ricky, Minggu (19/11/2023) dalam diskusi kebangsaan di Festival Rajabrana.
Sebagai perwakilan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Ricky Ferdiansyah mengapresiasi kegiaatan tersebut, walaupun tanpa dukungan penuh dari pemerintah, masyarakat Desa Kertayuga berhasil menggelar festival yang meriah.
Pentingnya mengembangkan potensi pariwisata di desa-desa yang belum tergali.
“Viralkan, kembangkan sektor ekonomi kreatif, dan terapkan strategi 5A untuk mengembangkan destinasi wisata,” Ujarnya.
“Destinasi wisata ini memiliki potensi besar. Ayo kita kembangkan, jangan takut nanti ada dukungan dari pemerintah yang akan membimbing,” imbuhnya.
Menghadirkan narasumber Seniman dari Sinau Art, Toni Brew, juga tokoh pemuda Kabupaten Kuningan Deki Zaenal Muttaqin berlangsung penuh semangat. Melalui Festival Situ Wulukut, Desa Kertayuga dan sekitarnya berhasil menciptakan daya tarik bagi wisatawan, memberikan kontribusi positif terhadap ekonomi lokal, dan mempromosikan kekayaan budaya serta alam yang dimiliki oleh Kabupaten Kuningan.
“Festival ini memiliki semangat besar untuk menyambut kembali bangkitnya budaya kearifan lokal yang berkembang di masyarakat sini,” ujar Deki. Inisiator Festival Situ Wulukut ini menjelaskan, festival ini tidak hanya bertujuan melestarikan mata air di sekitar Situ Wulukut, tetapi juga untuk melestarikan tradisi dan budaya lokal.
Berlangsung selama tiga hari, Festival Situ Wulukut tahun 2023 tidak hanya sekadar hiburan. Menurut Deki, festival tersebut bertujuan melestarikan mata air di sekitar Situ Wulukut dan mempromosikan tradisi serta budaya kearifan lokal. (red)