
CiremaiNews.com, Kuningan – Gen Z terlahir dari era di mana tak ada kompromi untuk penolakan sebuah revolusi teknologi. Termasuk perubahan mental mereka. Anak-anak sejak terlahir sudah dikenalkan dengan kamera 4G. Wajah mungil yang seharusnya menjadi anugerah yang dirahasiakan agar tak menimbulkan rasa iri, menjadi konsumsi publik dengan senyum mungilnya.
Berjarak beberapa bulan setelahnya, mulai terlihat betapa atraktif dan sulit dikendalikan. Ketika penglihatan pertama mereka diawali dari suara-suara kartun di aplikasi. Bukan suara lantunan ayat yang dilafadzkan ibunya, bukan suara adzan yang dikumandangkan ayahnya, bukan pula suara-suara puji-pujian atau lagu-lagu serupa pesan dalam bahasa lokalnya masing-masing.
Apa saja hak anak yang harus diberikan orang tua? Hak mendapatkan identitas, mendapatkan pendidikan, bermain, perlindungan, mendapatkan makanan, rekreasi dan jaminan kesehatan. Coba perhatikan, diantara ketujuh hak utama yang harus diberikan kepada anak, sudahkah secara keseluruhan diterima mereka?
Ketika anak-anak menjadi lebih atraktif dan sulit terkontrol, anda mulai menyalahkan teknologi, padahal kekeliruan terletak pada pola pengasuhan. Sangat sederhana, anak-anak tidak butuh begitu banyak alat untuk bermain dan mengeksplore pertumbuhan pola pikir juga tumbuh kembang fisiknya.
Mereka hanya butuh waktu untuk bersama orang tuanya, bermain bersama, belajar bersama, rekreasi bersama. Meski itu hanya sekedar main gundu di depan rumah, atau main congklak di teras rumah. Mereka tidak meminta sesuatu di luar kemampuan orang tuanya.
Hanya kadang justru orang tau yang keliru menafsirkan arti menyayangi. Dengan memenuhi keinginan anak-anak bukan kebutuhannya. Tanpa peduli sudahkah sepantasnya mereka disodori berbagai gambar atau tidak. Suara dari alat-alat yang anda sediakan di rumah dan anda percayakan pengasuhan pada para pengasuh tanpa dibekali edukasi yang baik kepada pengasuhnya.
Dan bagaimana dengan anak-anak yang terlahir dari segala keterbatasan, di usianya yang masih belia harus ikut menanggung tanggungjawab memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri bahkan kebutuhan hidup keluarga. Selamat Hari Anak Internasional, untuk setiap anak yang ada, mari berikan hak mereka dengan memberikan waktu untuk membersamai tumbuhkembangnya.
Karena setiap masa yang mereka lalui tidak pernah bisa terulang kembali. Sekali terlahir tak mungkin bisa mereka menawar, betapa aku tidak siap dengan dunia yang semakin dirasa tak ramah. Jadikan setiap ruang yang ada disekitarnya, menjadi ruang yang ramah dan menjadikan mereka anak-anak yang bangga dengan identitas dirinya sendiri. (red)