CiremaiNews.com, Serba-serbi Perempuan – Jumlah perempuan di dunia sekitar 49% dari total penduduk dunia yang mencapai 7, 95 miliar jiwa di akhir tahun 2022. Perempuan tidak lagi berperan sebagai pelengkap seperti anggapan sebagian orang.
Beberapa penyebab yang akhirnya perempuan memilih bekerja di sektor publik adalah ; motiv ekonomi sebagai tulang punggung keluarga, aktualisasi diri sekaligus cara menghilangkan kesepian oleh rutinitas harian, dan ke tiga persepsi masyarakat, jika tidak bekerja di sektor produktif bukan disebut sebagai pekerja.
Mari simak pekerjaan apa yang tidak bisa dikerjakan perempuan, nyaris semua sektor terdapat pekerja perempuan. Baik pekerjaan kasar maupun pekerjaan bersih. Seperti perempuan yang menjadi kuli bangungan, pemetik teh, ojek online, supir truk, pilot, teknisi dan masih banyak profesi lainnya.
Relevansinya terhadap kenaikan peran perempuan sebagai tulang punggung, salah satunya meningkatnya angka perceraian. Di Indonesia sendiri hampir 516 ribu perceraian setiap tahun, dan itu berimbas pada terkondisikannya perempuan-perempuan yang berperan ganda. Baik sebagai ibu rumah tangga sekaligus tulang punggung yang bertanggungjawab pada keluarga sepenuhnya.
Selain itu sikap konsumtif yang makin membudaya pada masyarakat menjadikan tuntutan untuk bisa bekerja secara mandiri makin mendasari para perempuan pada akhirnya memilih bekerja. Tidak semata memenuhi kebutuhan, tapi ada juga sebagian yang bekerja demi memenuhi apa-apa yang diinginkan.
Andini Rahmawati seorang perempuan berasal dari Kabupaten Kuningan. wanita bertubuh mungil memiliki seabrek peran. Sangat energik dengan skill sebagai seorang entertainer yang teruji kemampuannya. presenter, exs penyiar sebuah radio terkenal di ibu kota , kreator digital yang handal, seorang wartawati juga seorang ibu dari tiga anak. Nyata perempuan multi platform yang pada akhirnya mampu menjalankan setiap tugasnya dan membawanya pada jam terbang tinggi.
Walaupun statusnya sebagai istri, namun penghasilan suami yang tidak menentu menuntutnya mengambil peran sebagai tulang punggung. Hampir seluruh biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dari penghasilannya. Baik biaya pendidikan, biaya kesehatan pun biaya harian. Namun tetap mengutamakan peran sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya.
Adakah lembaga pemerintahan yang konsen pada bidang pemberdayaan dan perlindungan perempuan, yang nyata-nyata bergerak memberikan bantuan, tidak saja secara moril tapi juga materil. Disaat semakin rapatnya pemberitaan tentang banyaknya perempuan sebagai korban eksploitasi.
Tak ada satu pun perempuan di dunia ini menginginkan peran dari perannya sebagai ibu dan istri yang bahagia mengurus keluarga dan memanjakan pasangan dalam setiap saatnya, tapi kembali pada, apakah sudah terpenuhi apa yang menjadi kebutuhannya, atau haruskah mereka sendiri yang juga ikut berjibaku mencari penghidupan guna menyelamatkan harga diri keluarga.
Perempuan oh perempuan, dimana letak bahagiamu. Jika setelah berbagai peran kau kerjakan dengan segenap cinta, masih saja mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan. Tidak saja dari lingkungan sekitar tapi juga pasangan. Maka, adakah yang benar-benar peduli pada perempuan dan peran mereka dalam kehidupan? (Vera)