CiremaiNews.com, Kuningan – Memperingati Hari Kartini, sejumlah relawan penggiat lingkungan mengambil langkah nyata dengan melakukan aksi bersih-bersih aliran sungai di Jalan Mbah Dako, Desa Ancaran, Kuningan. Minggu (21/4/2024) pagi.
Relawan penggiat lingkungan, Ade Rudianto mengatakan kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga kebersihan lingkungan tetapi juga sebagai simbolisasi dari pesan RA Kartini tentang pentingnya pendidikan dan peran aktif dalam masyarakat.
“Untuk sementara didiklah, berilah pelajaran kepada anak-anak perempuan kaum bangsawan: dari sinilah peradaban bangsa harus dimulai. Jadikanlah mereka ibu-ibu yang cakap, cerdas, dan baik. Maka mereka akan menyebarluaskan peradaban di antara bangsanya, demikian kutipan dari buku Habis Gelap Terbitlah Terang, yang menginspirasi para relawan hari, ” kata Ade.
Buku yang pertama kali diterbitkan oleh PN Balai Pustaka pada tahun 1922 ini, merupakan kumpulan surat-surat RA Kartini yang mengungkapkan pemikiran dan perjuangannya, terutama dalam bidang pendidikan dan emansipasi wanita.
Turut hadir dalam aksi tersebut tokoh perempuan Kabupaten Kuningan, Sri Laelasari berharapa melalui aksi ini, para relawan dapat meneruskan semangat Kartini dalam memajukan pendidikan dan kesetaraan gender, serta mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
“Dengan momentum ini semoga bisa meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam, sekaligus menghormati jasa RA Kartini yang telah membuka jalan bagi perempuan Indonesia untuk berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan,” kata Sri yang juga menjabat sebagai Sekretaris Komisi III DPRD Kuningan.
Dalam kesempatan yang sama, Sekda Kuningan, Dr H Dian Rachmat Yanuar dan sejumlah pejabat lainnya yang ikut peduli terhadap lingkungan mengapresiasi gerakan tersebut.” Mun Nyaah ka Anak / Turunan, Ulah Miceun Runtah ka Walungan,” ujar Sekda Kuningan saat membuka aksi sosial.
Dikatakan Sekda Kuningan, pentingnya sungai dalam kehidupan masyarakat. “Sungai bukan sekadar sumber air, ia adalah urat nadi peradaban kita. Sejak zaman nenek moyang, sungai telah menjadi pusat kehidupan, tempat kita bersosialisasi, mencari nafkah, dan menjaga keharmonisan bermasyarakat,” ujar Sekda.
Dia menambahkan, Sungai adalah saksi bisu perjalanan bangsa ini. Dari tepian sungai, nenek moyang kita memulai peradaban, membangun komunitas, dan mengembangkan budaya yang kaya. “Mereka mengajarkan kita untuk menghargai dan melindungi sungai sebagai warisan yang tak ternilai,” sambungnya.
Pihaknya mengajak semua lapisan masyarakat untuk memuliakan sungai sebagai penghormatan kepada para pendahulu. “Mari kita jaga sungai, seperti kita menjaga harta berharga yang ditinggalkan oleh nenek moyang kita. Dengan demikian, kita tidak hanya menjaga lingkungan tetapi juga melestarikan sejarah dan budaya kita,” tutupnya.
Setelah berdoa, semuanya turun ke sungai yang terlihat semakin menyempit karena adanya sedimentasi akibat tumpukan sampah yang lama tersumbat di antara akar pohon dan rerumputan.
Sejumlah relawan yang hadir adalah dari BPBD Kuningan, Damkar Kuningan, Satpol PP Kuningan, Aliansi Masyarakat Peduli Aliran Sungai, Kelana Buana Kuningan, Pagar Nusa Kuningan, Senkom Mitra Polri, LDII Kuningan, Gema Jabar Hejo Kabupaten Kuningan, Perempuan Indonesia Raya Kabupaten Kuningan, Ibu-ibu PKK Desa Ancaran, dan sejumlah relawan lain yang bergotong-royong membantu bersih-bersih sungai dari sampah yang menumpuk.
Turut berpartispasi unsur Pemerintahan juga hadir Kabid Kebudayaan Disdikbud Kuningan, Pejabat Dinas Lingkungan Hidup Kuningan, para petugas dari Bidang KSDA Dinas PUTR Kabupaten Kuningan, Pemerintah Kecamatan Kuningan, Danramil Kuningan, Polsek Kuningan dan Pemerintah Desa Ancaran.***