CiremaiNews.com, Cirebon,- Sebanyak 1.000 peserta memadati acara ijazah kubro tirakat Dalailul Khairat yang diselenggarakan oleh Pesantren Bina Insan Mulia (Bima) di Aston Cirebon Hotel & Convention Center.
Acara ini merupakan angkatan ke-21 dan dihadiri oleh peserta dari berbagai provinsi, termasuk Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, DKI Jakarta, dan luar Jawa.Berlangsung pada Minggu (29/09/2024).
Kegiatan ini semakin meriah dengan pengumuman hadiah menarik dari KH. Imam Jazuli, yang terdiri dari dua paket umrah, lima paket wisata luar negeri, sepuluh paket ziarah Walisongo, dan tiga voucher menginap di Hotel Aston.
Sebelum pengijazahan dimulai, Kiai Imam mengingatkan peserta untuk meluruskan niat mendekatkan diri kepada Allah, dan mengutip pesan Rasulullah SAW yang mendorong umat untuk bersholawat kepada Nabi. Ia juga menekankan pentingnya niat yang tulus dalam menjalankan amalan Dalailul Khairat.
Dalam tausiyahnya, Kiai Imam menjelaskan bahwa pengamal Dalail harus menjauhi makanan dan minuman yang haram agar doa mereka dikabulkan. Ia juga mendorong peserta untuk rutin melaksanakan wirid Dalail dan puasa Dalail yang berlangsung selama tiga tahun.
“Angkatan ke 21 Kali ini panitia membuka kesempatan hanya untuk 1000 orang. Mereka datang dari berbagai provinsi, seperti Jabar, Jatim, Jateng, Banten DKI, dan Luar Jawa, dengan latar belakang yang majemuk,” ungkapnya. Selasa (1/10/2024)
Keseruan dan haru memuncak ketika panitia mengumumkan hadiah dari Kiai Imam Jazuli berupa umrah untuk 2 orang, hadiah wisata luar Negeri 5 orang, ziarah Walisongo 10 orang, dan voucher menginap di hotel Aston 3 orang.
“Saya sudah dua tahun berturut-turut mengamalkan puasa Dalail, dan hari ini mendapatkan kejutan dan keajaiban hadiah umrah dari Pak Kiai, sebelumnya saya dapat Ijazah dari Guru saya di Jatim” ungkap salah seorang yang beruntung dari Malang Jatim.
Sebelum pengijazahan dimulai, KH. Imam Jazuli senantiasa mengingatkan jemaah agar meluruskan niat lebih dulu. Ia mengajak semua peserta untuk berniat “taqorruban ilallah” atau mendekatkan diri kepada Allah.
Kiai Imam juga menyampaikan pesan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits qudsi dimana Allah berfirman: “Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta, jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari,”.
Selanjutnya, menurut Kiai Imam, peserta harus berniat untuk “ta’abbudan” atau beribadah kepada Allah dengan membaca selawat yang menjadi inti kitab Dalailul Khairat.
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya,” kata Kiai Imam mengutip Surah al-Ahzab ayat 56 terkait keagungan bersholawat.
Peserta juga, kata dia, harus meluruskan niat untuk “mahabbatan” atau cinta kepada Allah dan “tashdiqon” atau membenarkan ajaran Rasulullah.
Terkait fadhilah dan karomah (keutamaan/kemuliaan) dari amalan Dalailul Khairat, menurut Kiai Imam, agar jangan sampai dijadikan target utama yang sempit. Selain itu, ia juga berpesan agar pengamal Dalail memperhatikan pesan Rasulullah SAW jika doanya ingin dikabulkan.
Kiai Imam Jazuli lantas menceritakan kisah yang diambil dari hadits Nabi SAW, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (baik). Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu,”.
Kemudian, lanjut dia, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?” (HR. Muslim no. 1015).
“Artinya, pengamal Dalail harus berusaha keras untuk menjauhi yang subhat, apalagi yang haram agar doanya dikabulkan,” terang Kiai Imam.
Untuk menyempurnakan amalan Dalailul Khairat, Kiai Imam juga menjelaskan mengenai pentingnya merutinkan wirid Dalail berdasarkan hari dan puasa Dalail yang lamanya 3 tahun (shoumud dahr).
“Wirid dan puasa shoumud dahr ini telah menjadi tradisi para sahabat, tabi’in, dan Walisongo di Indonesia. Tapi jangan lupa, semua itu harus dijalankan dengan petunjuk ilmu,” jelasnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, dalam setiap acara pengijazahan Dalailul Khairat senantiasa didahului dengan penayangan video pembelajaran sebagai bekal keilmuan bagi para peserta sebelum mengamalkan.
Dalail, lanjut dia, adalah sunnah Pesantren Bina Insan Mulia yang telah berlangsung mengiringi perjalanan pesantren. Awalnya, kata Kiai Imam, Dalail hanya menjadi tradisi guru-guru dan santri senior.
“Tapi kemudian meluas ke wali santri. Dan sejak 5 tahun terakhir, sunnah pesantren ini menjadi kegiatan publik dengan pengikut sampai hari ini ada 30. 000 jemaah dari seluruh Indonesia, dan semua itu gratis,” katanya.
Acara ini tidak hanya menjadi tradisi bagi santri, tetapi juga telah berkembang menjadi kegiatan publik yang diikuti oleh 30.000 jemaah dari seluruh Indonesia dalam lima tahun terakhir, semuanya tanpa dipungut biaya. Dengan suasana penuh harapan dan keinginan untuk lebih dekat kepada Allah, kegiatan ini semakin memperkuat ukhuwah antar peserta.