CiremaiNews.com, Kuningan– Kesabaran warga Desa Luragung Landeuh tak terbendung setelah kolam – kolam ikan kembali menjadi korban banjir dan longsor yang diduga berasal dari aktivitas tambang Galian C di wilayah tersebut.
Pemilik salah satu kolam, Kacung mengatakan pihaknya mengalami kerugian senilai Rp 21 Juta akibat banjir yang merusak kolam dan menghilangkan ikan-ikan yang ia pelihara. “Aliran sungai kami tertutup material dari tambang, sehingga semua kolam menjadi terendam,” keluhnya. Ia menambahkan bahwa insiden serupa bukanlah yang pertama kali terjadi. “Kami sudah melaporkan kepada pihak tambang, namun tidak ada respons yang memadai untuk membersihkan aliran sungai,” ujarnya, mencerminkan rasa frustrasi yang dirasakan banyak warga.
Kerugian akibat bencana ini diperkirakan mencapai 21 juta rupiah, mencakup enam kolam yang terdampak. Seorang warga lainnya menyoroti dampak luas dari aktivitas tambang. “Hujan menyebabkan longsor dan banjir, sementara musim panas membawa kekeringan,” katanya, menunjukkan dampak iklim yang berkaitan dengan penambangan yang tidak berkelanjutan.
Warga setempat berharap pemerintah lebih teliti dalam menerbitkan izin usaha tambang. Mereka menegaskan bahwa izin tidak seharusnya diberikan tanpa mempertimbangkan dampak serius yang bisa ditimbulkan bagi masyarakat. “Kami ingin agar pihak berwenang mendengarkan suara kami,” tambah mereka.
Ahyani, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD), mengonfirmasi bahwa laporan terkait bencana ini telah disampaikan berkali-kali kepada pemerintah desa dan perusahaan tambang. “Kami mendesak agar aktivitas penambangan dihentikan, tetapi mereka seakan tidak peduli,” tegas Ahyani.
Iwan, perwakilan Aliansi Masyarakat Peduli Luragung, menggarisbawahi kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh penambangan. “Dampak dari tambang sangat merusak ekosistem di sekitar. Penambangan yang tidak teratur telah menyebabkan erosi parah dan penurunan kualitas tanah,” jelasnya. Iwan memperingatkan bahwa jika situasi ini dibiarkan, tidak hanya bencana seperti banjir dan longsor yang akan berulang, tetapi juga kerugian jangka panjang bagi pertanian dan sumber daya alam.
Tuntutan warga agar perhatian terhadap lingkungan menjadi prioritas tidak hanya bagi pemerintah, tetapi juga untuk pengusaha tambang, semakin menguat. Mereka berharap ada tindakan konkret untuk mengatasi permasalahan ini demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.