
CiremaiNews.com, Kuningan – Kegiatan Ngayuga Bumi yang digelar di Setu Caracas dan Hutan Kota Desa Caracas pada Minggu (9/2/2025) tidak hanya menjadi ajang simbolis penanaman pohon dan pelepasan benih ikan. Lebih dari itu, acara ini menjadi momen refleksi mendalam tentang tantangan lingkungan yang dihadapi, khususnya di Kabupaten Kuningan dan wilayah Jawa Barat secara umum. Berbagai langkah mitigasi pun dirumuskan guna menjaga keseimbangan ekosistem yang semakin terancam.
Dalam diskusi yang menghadirkan para pakar lingkungan, terungkap bahwa kondisi ekologis di Jawa Barat semakin kompleks. Ketua Umum Gema Jabar Hejo, Asep Ismail, menyoroti laju deforestasi yang terus meningkat di provinsi ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), luas hutan di Jawa Barat mengalami penyusutan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Dampaknya bukan hanya terhadap keanekaragaman hayati, tetapi juga meningkatkan risiko bencana ekologis, seperti banjir dan tanah longsor yang semakin sering terjadi di berbagai daerah.
Menurut laporan Global Forest Watch, sejak tahun 2001, Jawa Barat telah kehilangan sekitar 28 hektar hutan primer. Kehilangan ini turut berkontribusi terhadap peningkatan emisi karbon hingga 20,8 kiloton. Konversi lahan yang masif untuk pertanian, permukiman, dan industri semakin memperburuk kondisi lingkungan. Jika tidak ada langkah mitigasi yang serius, dampak negatifnya akan meluas hingga memengaruhi perubahan iklim dan ketahanan ekosistem di masa mendatang.
Menyikapi kondisi tersebut, Bupati Kuningan terpilih, H. Dian Rachmat Yanuar, menegaskan bahwa pemerintah daerah berkomitmen memperkuat konservasi lingkungan dengan berbagai kebijakan strategis. Salah satu inisiatif yang akan segera diterapkan adalah pemberian insentif bagi desa-desa yang menunjukkan komitmen tinggi terhadap pelestarian alam.
“Pemerintah ingin memastikan bahwa pelestarian lingkungan bukan hanya sekadar gerakan seremonial, tetapi juga menjadi kebijakan berkelanjutan. Desa-desa yang aktif dalam menjaga ekosistem akan mendapatkan apresiasi dalam bentuk insentif,” ujarnya.
Sebagai wujud nyata dari komitmen ini, pemerintah akan menjadikan jargon “Lestari” sebagai prinsip utama dalam perencanaan pembangunan daerah. Hal ini bertujuan agar keberlanjutan lingkungan tidak hanya menjadi wacana, tetapi benar-benar diintegrasikan ke dalam kebijakan publik.
Di sisi lain, Pakar Teknologi Pertanian dan Lingkungan, Sulistio Ipac, menegaskan bahwa tanggung jawab menjaga lingkungan tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah. Peran serta masyarakat sangat penting dalam upaya konservasi, termasuk melalui tindakan sederhana seperti menanam pohon di sepanjang aliran sungai.
“Menanam pohon di sepanjang sungai bukan hanya sekadar memperindah lingkungan, tetapi juga memiliki manfaat ekologis besar, seperti mencegah erosi, meningkatkan kualitas air, dan menyerap karbon dioksida,” jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa penerapan konsep ekowisata dan agroforestri dapat menjadi alternatif pemanfaatan lahan yang lebih ramah lingkungan. Dengan pendekatan ini, masyarakat dapat menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan pelestarian alam tanpa harus merusak ekosistem.
Selain itu, edukasi lingkungan harus terus diperkuat agar kesadaran masyarakat semakin meningkat. Kampanye pengurangan sampah plastik, kebiasaan membawa tas belanja sendiri, serta penggunaan produk ramah lingkungan perlu lebih digencarkan. Tidak hanya itu, rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) juga menjadi salah satu langkah strategis untuk mencegah degradasi lahan dan menjaga kualitas air di wilayah tersebut.
Diskusi yang berlangsung dalam acara Ngayuga Bumi ini berhasil merumuskan berbagai langkah konkret dalam menjaga keseimbangan lingkungan di Kabupaten Kuningan. Kesimpulan utama yang disepakati adalah bahwa upaya pelestarian harus dilakukan secara berkelanjutan dan menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat, bukan sekadar kegiatan seremonial semata.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap individu dan lembaga yang telah menunjukkan dedikasi tinggi dalam upaya pelestarian lingkungan, Gema Jabar Hejo memberikan penghargaan kepada beberapa pihak yang berperan aktif. Penghargaan diberikan kepada Anggota DPRD Kuningan, Sri Laelasari, yang dikenal gigih dalam memperjuangkan kebijakan lingkungan, serta Organisasi Senkom Mitra Polri yang aktif dalam sosialisasi dan aksi nyata mitigasi bencana. Pemerintah Kabupaten Kuningan juga turut mendapatkan apresiasi atas kebijakan konservasi berbasis masyarakat yang diterapkan.
Dengan adanya sinergi antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat, harapan untuk menjadikan Kabupaten Kuningan sebagai daerah yang hijau dan lestari semakin mendekati kenyataan. Slogan “Bentala Biru, Jagat Hejo” tidak hanya sekadar kata-kata, tetapi menjadi target bersama demi masa depan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang.