CiremaiNews, Kuningan – Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Kabupaten Kuningan, Dr. Wahyu Hidayah, M.Si., memaparkan solusi radikal untuk memangkas angka pengangguran dan kemiskinan ekstrem di Kota Kuda. Dalam uji kompetensi teknis seleksi Sekda, Wahyu Hidayah menempatkan akselerasi investasi sebagai program unggulan.
Mengusung visi “Sarendeuk Saigel, Investasi Maju Kuningan Melesat,” Wahyu Hidayah mengungkap bahwa program ini adalah jawaban atas sejumlah Pekerjaan Rumah (PR) yang selama ini membelit Kuningan, termasuk PAD yang rendah dan tingginya angka stunting.
Investasi untuk Zero Pengangguran
Menurut Wahyu Hidayah, masalah mendasar yang paling mendesak adalah tingginya angka pengangguran, yang mencapai 7,78% atau setara dengan 48.000 jiwa.
“Kuningan banyak PR dari mulai pengangguran, dari mulai kemiskinan ekstrem, dari mulai tadi PAD yang—Kuningan APBD-nya tidak baik-baik saja,” ungkap Pj Sekda, memberikan gambaran kondisi keuangan daerah.
Ia menjelaskan bahwa solusi yang paling cepat berdampak adalah dengan membuka ruang investasi seluas-luasnya, khususnya di sektor industri. Targetnya, bukan lagi puluhan, melainkan puluhan ribu serapan tenaga kerja.
“Kalau kami bayangkan hanya 10 saja perusahaan dengan menyerap 5.000, maka akan ada 50.000 serapan… Jika itu diserap oleh semua masyarakat Kuningan, Kuningan sudah zero pengangguran,” tegasnya, meyakini dampak besar dari masuknya investor.
Wahyu Hidayah menjabarkan dengan adanya serapan tenaga kerja tersebut, masalah kemiskinan ekstrem akan otomatis teratasi. Ia menyebutkan, garis kemiskinan per kapita di Kuningan adalah sekitar Rp500.000 per orang per bulan.
“Jika pendapatan keluarga itu UMK Rp 2,2 juta, maka itu sudah lebih dari garis kemiskinan itu. Sehingga Kuningan tidak akan lepas dari miskin ekstrem,” jelasnya.
Dengan jumlah penduduk miskin ekstrem yang mencapai 133.000 jiwa, jika 50.000 pekerja diserap dan membawa empat anggota keluarga di atas garis kemiskinan, maka kemiskinan Kuningan akan langsung drop. Bahkan, masalah stunting pun akan ikut teratasi.
“Stunting itu juga salah satu masalahnya adalah kemampuan daya beli. Kalau daya belinya kita rendah, bagaimana kita juga bisa membeli bahan pangan yang bergizi untuk anak-anak kita,” tambahnya.
Pariwisata Unik dan Isu Konservasi
Selain investasi, peningkatan PAD juga didorong melalui sektor pariwisata. Namun, ia menekankan agar Kuningan tidak bersaing dengan potensi yang dimiliki daerah lain.
“Dengan apa? Dengan menciptakan wahana yang tidak dimiliki oleh kabupaten/kota lain. Kuningan punya potensi. Punya potensi ada Gedung Perundingan Linggarjati,” katanya, mengarahkan fokus keunggulan pariwisata yang unik.
Menanggapi anggapan Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi yang menghambat investasi, Wahyu Hidayah memastikan bahwa investasi akan tetap berpegangan pada tata ruang.
“Investasi hanya akan dilakukan di kawasan budidaya, ada kawasan fungsi lindung… Investasinya juga bukan di wilayah Barat,” jelasnya, merujuk pada pemanfaatan kawasan timur Kuningan sebagai kawasan budidaya yang strategis untuk industri.
Terkait hasil seleksi yang ia ikuti, ia menyerahkan sepenuhnya kepada tim penilai. “Kalau saya ‘Let It Flow’ sajalah. Jalani dengan apa? Mengalir, tapi jalani dengan terbaik, upaya lakukan terbaik,” tutupnya.






