
CiremaiNews.com, Kuningan – Krisis air yang melanda sejumlah desa di lereng Gunung Ciremai, termasuk Linggajati dan Linggasana, mendapat perhatian serius dari para penggiat lingkungan. Situasi ini semakin mengkhawatirkan karena tidak hanya berdampak pada masyarakat setempat, tetapi juga mengancam kelestarian sumber mata air di kawasan tersebut.
Salah satu aktivis lingkungan, Daeng Ali dari Gema Jabar Hejo, menyoroti bahwa krisis ini tidak terjadi secara alami, melainkan akibat eksploitasi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan. Menurutnya, pola pengelolaan yang lebih mengedepankan aspek ekonomi tanpa mempertimbangkan dampak ekologis menjadi penyebab utama permasalahan ini. Ia juga mengungkapkan adanya dugaan pembendungan aliran mata air oleh oknum pengelola restoran wisata kuliner, yang mengakibatkan berkurangnya pasokan air bersih ke desa-desa sekitar.
“Ada dugaan pembendungan mata air yang dilakukan untuk kepentingan bisnis yang jelas berdampak pada masyarakat dan ekosistem sekitar. Air adalah hak bersama, dan pemanfaatannya harus dilakukan secara bijaksana dan berkelanjutan. Tidak bisa hanya mengutamakan keuntungan segelintir pihak, sementara masyarakat dan lingkungan menjadi korban,” ujar Daeng Ali.
Ia menambahkan bahwa kerusakan pada sumber mata air sudah mulai terlihat jelas, seperti yang terjadi di Mata Air Cikuda. Sumber air yang dulunya menjadi andalan warga kini tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan mereka, menjadi bukti nyata dari dampak eksploitasi yang berlebihan.
“Eksploitasi seperti ini merusak sistem ekologi yang sudah berjalan lama. Jika tidak ada tindakan yang tepat, maka bukan hanya masyarakat yang akan merasakan dampaknya, tetapi juga keberlanjutan ekosistem yang bergantung pada mata air tersebut,” jelasnya.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap isu ini, Daeng Ali mendesak agar pemerintah daerah dan pihak terkait segera melakukan evaluasi mendalam terhadap pengelolaan sumber daya air di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Menurutnya, masalah ini bukan hanya sebatas kurangnya distribusi air bersih, tetapi lebih jauh menyangkut keberlanjutan ekosistem dan kelangsungan hidup masyarakat.
“Pemerintah harus memastikan bahwa pengelolaan sumber daya alam, khususnya mata air, dilakukan dengan prinsip keberlanjutan yang memperhatikan kepentingan masyarakat luas. Jika eksploitasi terus dibiarkan, dampaknya akan jauh lebih besar di masa depan,” tegas Daeng Ali.
Selain itu, Gema Jabar Hejo juga mendorong agar regulasi terkait pengelolaan sumber daya air diperketat guna mengutamakan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan. Ia menekankan bahwa tanpa adanya regulasi yang jelas dan pengawasan yang ketat, praktik eksploitasi akan terus berlangsung dan merugikan banyak pihak.
“Sudah saatnya kita mulai berpikir jangka panjang, bukan hanya mengejar keuntungan sesaat. Keberlanjutan alam dan kehidupan masyarakat harus menjadi prioritas utama,” pungkasnya.