CiremaiNews, Ciamis – Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Hj. Tina Wiryawati, S.H., M.M., menegaskan pentingnya profesionalisme dan transparansi dalam proses rekrutmen karyawan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Ciamis.
Dalam pengawasan langsung yang dilakukannya terhadap pelaksanaan seleksi wawancara calon karyawan, Hj. Tina memastikan seluruh tahapan berjalan sesuai standar operasional prosedur (SOP) dengan menggandeng tim akademisi dari Universitas Galuh (Unigal) Ciamis sebagai pihak independen.
“SPPG sejak awal berkomitmen menjalankan setiap tahapan sesuai SOP. Interview kali ini dilakukan oleh pihak profesional dari Unigal, bukan oleh pengurus internal. Tujuannya agar hasilnya objektif dan dapat dipertanggungjawabkan,” ujar Hj. Tina saat ditemui di lokasi kegiatan, Minggu (19/10/2025).
Ia menjelaskan, hasil wawancara tersebut akan menjadi dasar bagi yayasan yang menaungi SPPG dalam menentukan calon karyawan yang dinyatakan lolos.
“Saya ingin memastikan bahwa proses ini tidak hanya administratif, tetapi benar-benar menilai kemampuan dan integritas calon karyawan,” tambahnya.
Menurut Hj. Tina, rekrutmen karyawan SPPG memiliki peran penting dalam mendukung pelaksanaan program pemerintah di bidang pemenuhan gizi masyarakat, khususnya bagi kelompok rentan seperti ibu hamil, balita, dan lansia.
“SPPG ini adalah bentuk nyata kepedulian pemerintah terhadap pemenuhan gizi masyarakat. Karena itu, SDM yang direkrut harus berkompeten, disiplin, dan memiliki tanggung jawab tinggi terhadap pekerjaannya,” tegasnya.
Ia juga mengapresiasi langkah yayasan yang menggandeng perguruan tinggi dalam proses seleksi. Menurutnya, hal itu merupakan langkah maju untuk menciptakan sistem kerja yang profesional dan berstandar tinggi.
Selain fokus pada rekrutmen, Hj. Tina menekankan pentingnya menjaga kebersihan, kualitas makanan, serta keselamatan kerja di seluruh unit SPPG.
“Kita ingin SPPG ini menjadi percontohan. Mulai dari perekrutan, pengolahan makanan, sampai distribusi kepada penerima manfaat, semuanya harus bersih, tertib, dan sesuai prosedur,” katanya.
Dari hasil pengawasan di lapangan, Hj. Tina mencatat tingginya antusiasme masyarakat. Lebih dari 130 pelamar mengikuti seleksi, sementara daya tampung masih terbatas. Sekitar 70 persen peserta berasal dari wilayah sekitar Purwodadi, dan 30 persen lainnya dari luar daerah.
“Ini bukti bahwa program ini memberi dampak nyata. Satu dapur SPPG saja sudah mampu menyerap banyak tenaga kerja, dan efeknya juga terasa bagi sektor lain seperti petani sayur, peternak ayam, serta pemasok bahan makanan,” jelasnya.
Namun, ia juga menyoroti keterbatasan kapasitas layanan SPPG. Saat ini, satu dapur SPPG baru mampu melayani sekitar 2.500 penerima manfaat.
“Masih banyak masyarakat dari beberapa desa yang belum terlayani karena keterbatasan kuota. Saya mendorong agar ke depan cakupan penerima manfaat bisa diperluas,” ujarnya.
Sebagai pengawas, Hj. Tina juga mengusulkan agar proses rekrutmen selanjutnya lebih inklusif dengan membuka kesempatan bagi penyandang disabilitas dan kelompok usia produktif yang beragam.
“SPPG bukan hanya soal gizi, tapi juga soal pemberdayaan ekonomi masyarakat. Saya ingin memastikan program ini tidak hanya membantu pemenuhan gizi, tapi juga menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan warga,” pungkasnya.








