CiremaiNews.com, Kuningan – Menjelang Pilkada 2024 yang akan digelar pada November mendatang, suhu politik di Kabupaten Kuningan semakin memanas. Pasangan calon bupati dan wakil bupati, Dian Rachmat Yanuar dan Tuti Andriani (DIRAHMATI), semakin intensif melakukan konsolidasi pemenangan mereka.
Setelah menggelar konsolidasi di daerah pemilihan (Dapil) 1 Kuningan, DIRAHMATI kini beralih ke Dapil 3 Kuningan yang berpusat di Aula Desa Langseb, Kecamatan Lebakwangi, pada Selasa (17/9/2024). Dalam acara tersebut, ratusan warga dan legislator dari partai pengusung DIRAHMATI tampak antusias mengikuti kegiatan konsolidasi tersebut. Pasangan ini mengusung jargon “Kuningan Melesat” sebagai bagian dari kampanye mereka.
Dukungan terhadap DIRAHMATI juga datang dari tingkat provinsi. Jajang Jana, perwakilan DPD PKS Kuningan, menyatakan bahwa kehadiran Hj Tina Wiryawati, SH, MM, anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi Gerindra, merupakan bukti bahwa dukungan untuk DIRAHMATI tidak hanya terbatas pada tingkat kabupaten. “Dukungan untuk DIRAHMATI tidak akan terjadi kalau tanpa ada dukungan koalisi itu yang kesatu ya, baik dari partai parlemen maupun non-parlemen,” ujar Hj Tina Wiryawati. Ia menambahkan bahwa dukungan ini juga mencakup relawan, kader, serta legislator dari tingkat kabupaten hingga provinsi. “Kita harus all out, harus bersinergi dengan pusat, tujuannya bukan pada kita sendiri tapi kembali untuk masyarakat,” tegasnya.
Namun, kehadiran anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi Golkar, H Dudi Pamuji, tidak terlihat dalam pertemuan konsolidasi tersebut. Ketidakhadiran H Dudi Pamuji menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan adanya konflik internal di partai Golkar, yang merupakan salah satu partai pengusung Dr. H. Dian Rachmat Yanuar sebagai calon bupati Kuningan.
Pengamat Politik Kuningan, Asep mengatakan dengan ketiadaan figur kunci seperti H Dudi Pamuji dari acara penting ini seharusnya tidak dianggap enteng. “Dalam konteks politik, ketidakhadiran anggota yang berpengaruh dapat menandakan adanya ketidaksepakatan atau ketegangan internal yang mungkin memengaruhi stabilitas koalisi,” kata pengamat yang juga peneliti di sebuah lembaga survey nasional.
Menurut Asep, ketidakhadiran ini mungkin mengindikasikan adanya friksi dalam internal partai Golkar yang bisa berdampak pada efektivitas dukungan terhadap DIRAHMATI.
“Dalam politik, di mana koherensi dan dukungan partai sangat penting, ketidakstabilan internal dapat menjadi hambatan serius bagi upaya pemenangan calon,” sambungnya.
Dijelaskannya, dengan pendekatan yang terkoordinasi dan program-program yang menyentuh kebutuhan masyarakat, koalisi DIRAHMATI berupaya memperkuat posisinya di Dapil 3 serta wilayah lainnya di Kabupaten Kuningan. ” Namun, bagaimana konflik internal dalam partai pengusung akan memengaruhi hasil akhir Pilkada masih menjadi pertanyaan besar. Waktu dan perkembangan politik selanjutnya akan menentukan arah dari dinamika ini,” pungkasnya.***