CiremaiNews.com, Serang – Dalam rangka memperingati Hari Ibu, Wanita Tani Indonesia HKTI mengadakan diskusi tematik bertajuk “Perempuan Petani, Pilar Ketahanan Pangan dan Pembangunan Bangsa” di Kota Serang, Banten (19/12/2024). Acara ini dihadiri oleh lebih dari 167 peserta yang berasal dari berbagai organisasi, termasuk pengurus pusat dan daerah, Kelompok Wanita Tani (KWT), serta anggota PKK. Kegiatan ini bertujuan untuk menggali aspirasi dan berdiskusi mengenai peran penting perempuan dalam sektor pertanian, yang merupakan salah satu pilar utama dalam ketahanan pangan nasional.
Ketua Panitia Athea Sarastiani melaporkan bahwa acara ini berhasil mengumpulkan berbagai pemangku kepentingan untuk bersama-sama memperkuat peran perempuan petani. Dalam sambutannya, Ketua Umum Wanita Tani Indonesia HKTI, Dra. Anita Aryani, menegaskan bahwa “Peringatan Hari Ibu ini menjadi momen refleksi sekaligus aksi nyata untuk mendukung perempuan petani yang sering kali menghadapi tantangan berat.” Pernyataan ini menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan komunitas lokal dalam memperkuat posisi strategis perempuan di sektor pertanian.
Anita Aryani juga menjelaskan bahwa program-program yang dilaksanakan oleh Wanita Tani akan difokuskan pada diversifikasi pangan. “Wanita tani pada periode tahun ini 2022-2027 menfokuskan program pada diversifikasi pangan,” paparnya. Dia menekankan bahwa diversifikasi tidak hanya terbatas pada beras, tetapi juga mencakup berbagai bahan pangan lainnya seperti sorgum dan sagu. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional melalui berbagai inisiatif yang melibatkan perempuan.
Sekretaris Jenderal Wanita Tani Indonesia HKTI, Farahdibha Tenrilemba, menambahkan bahwa mendengarkan aspirasi dari perempuan petani sangatlah penting. “Kami percaya bahwa pemberdayaan dimulai dari mendengar,” ungkapnya. Aspirasi yang disampaikan selama diskusi diharapkan dapat menjadi rekomendasi penting untuk meningkatkan akses dan dukungan bagi perempuan petani di berbagai daerah. Dengan cara ini, Wanita Tani Indonesia HKTI berharap dapat mendorong kebijakan yang lebih responsif terhadap kebutuhan perempuan di sektor pertanian.
Acara ini juga ditandai dengan penandatanganan MoU pemanfaatan lahan tidur antara Wanita Tani Indonesia HKTI dan beberapa mitra strategis. Langkah ini diharapkan dapat membuka peluang baru bagi perempuan petani untuk mengoptimalkan lahan-lahan yang tidak produktif menjadi sumber pangan berkelanjutan. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi momentum untuk mempererat hubungan antaranggota dan komunitas lokal seperti PKK dan KWT. Dengan berbagai ide dan rekomendasi yang terkumpul, Wanita Tani Indonesia HKTI berkomitmen untuk terus memperjuangkan akses dan kesempatan bagi perempuan petani demi ketahanan pangan yang lebih baik di seluruh Indonesia.